Devildice Menguasai Release Party



from: www.rollingstone.co.id

Para personel Seringai siap membakar Rolling Stone Release Party dengan energi oktan tingginya pada Jumat (5/2) malam lalu. Depan panggung dipadati para serigala militia (fans Seringai) berpakaian gelap yang tak sabar lagi melihat penampilan idola mereka: Arian13, Sammy, Ricky, dan Khemod. MC Soleh Solihun (editor Rolling Stone – Red) terus melawak di atas panggung sembari menunggu instrumen musik selesai dipasang.

Arian bertanya ke penonton, “Siapa yang pengen MC turun panggung? MC turun! MC turun! MC turun!,” yang lalu diikuti dengan gegap gempita oleh para serigala militia. Soleh Solihun hanya tertawa melihat ulah Arian. Dan tiba-tiba…byaar pet! Gelap gulita menjajah kantor Rolling Stone. Penonton kecewa saat mereka menyadari listrik di seluruh kawasan Ampera telah mati mendadak.

Di halaman luar, para penonton berkerumun seraya berharap listrik kembali menyala. Namun setelah menunggu cukup lama, listrik tak kunjung menyala dan acara terpaksa dihentikan. Padahal masih tersisa juga penampilan headliner Gugun Blues Shelter. MC Soleh Solihun yang tak pernah kehabisan akal meminjam pengeras suara dari mobil polisi yang terparkir di kantor Rolling Stone dan menggunakannya untuk menjelaskan kepada para musisi serta penonton bahwa acara terpaksa disudahi. Dia juga menginformasikan Seringai dan Gugun Blues Shelter akan dijadwalkan tampil di Rolling Stone Release Party bulan berikutnya. Penonton menerima “berita duka” dengan tertib tanpa mengeluarkan banyak nada protes, apalagi bersikap vandal.

Rolling Stone Release Party edisi Februari 2010 diisi secara berurutan oleh Agrikulture, Mike’s Apartment, Royal Ego, Devildice, Seringai, dan Gugun Blues Shelter. Sekitar pukul 20:30 WIB, kantor Rolling Stone mulai dipadati oleh manusia-manusia dengan demografi yang beragam; tua, muda, musisi, penggemar, pria, wanita, selebriti, orang biasa, pribumi, turis, dan masih banyak lagi. Akhirnya sekitar pukul 21:20 WIB, Rolling Stone Release Party dibuka dengan cuap-cuap jenaka berlogat Sunda yang kental ala Soleh Solihun.


Penampilan pembuka kali ini adalah Agrikulture, yang oleh MC Soleh Solihun disebut sebagai “Duta Urban Indonesia.” Agrikulture mencoba sesuatu yang belum pernah mereka lakukan di atas panggung sebelumnya. Menghibur penonton dengan menggunakan iPod Touch; tidak hanya satu, melainkan lima iPod Touch diperlakukan bak alat musik nyata oleh masing-masing personil Agrikulture. Mereka memainkan ulang lagu mereka yang paling dikenal khalayak ramai, “Gossip” dengan medley cover “Paranoid” dari Black Sabbath. Raut wajah penonton terlihat cukup terhibur dengan penampilan unik Agrikulture ini. Sayangnya, mereka hanya membawakan satu lagu saja.

Bersenjatakan instrumen-instrumen akustik, Mike`s Apartment mendapat bagian untuk melanjutkan kesuksesan Agrikulture dalam memanaskan penonton. Cover band Indonesia yang tengah naik daun dan dipimpin Dendy, vokalis Kunci ini membuka penampilannya dengan nomor Third Eye Blind, “Semi-Charmed Life.” Dilanjutkan dengan “Viva La Vida” milik Coldplay. Mereka menutup penampilan dengan menyanyikan anthem generasi Britpop ciptaan Noel Gallagher, “Wonderwall.” Yang unik dari penampilan mereka kali ini adalah ketika membawakan lagu ciptaan mereka sendiri yang berkisah tentang keadaan di dalam bus kota berjudul sementara, “Alay Song.”

Supergrup lokal, Royal Ego, menjadi penampil ketiga di Rolling Stone Release Party edisi kali ini. Band beranggotakan Eno Netral, Ernest Cokelat, Gilbert St. Loco, dan Hendra Java (vokalis eks-New Market) membawakan empat lagu alternative `90-an ala Manic Street Preachers yang di-blend dengan lick distorsi khas Ernest Cokelat dan gebukan drum Eno yang tidak se-hiperaktif gebukannya di Netral. Lagu yang mereka bawakan berturut-turut berjudul “Love is All You Need”, “Say Something”, “Hilang”, dan “Senandung Harap.” Biarpun dibayang-bayangi oleh nama besar personil lainnya, Hendra Java tampil memukau. Suara seraknya yang khas dan lawakan-lawakan di antara lagu yang dia lontarkan menjadi bumbu penyedap bagi penampilan Royal Ego kali ini.

Band berikutnya datang jauh-jauh dari Pulau Dewata. Dipimpin sebuah nama tak asing lagi, Jerinx, drummer Superman Is Dead yang sekarang bertindak sebagai vokalis sekaligus gitaris band ini. Ini merupakan pengalaman Devildice pertama saya, jadi tidak aneh jika saya merasa asing melihat Jerinx bernyanyi, berjingkrak, dan memainkan melodi surf rock di atas panggung. Namun, asing tidak berarti buruk. Justru Devildice mengejutkan saya dari kunci pertama mereka mainkan. Peleburan rockabilly, punk, dan surf rock dimainkan dengan sangat apik oleh band ini. Suara terompet juga membantu mereka dalam meraih aura surf rocknya. Singkat cerita, Devildice mirip The Hydrant jika Dick Dale berposisi sebagai lead guitarist. Band ini juga sempat membawakan lagu Simon and Garfunkel, “Bridge Over Troubled Water” dengan gaya mereka sendiri. Penampilan mereka sangat atraktif, sehingga penonton pun ikut berjingkrak menikmati penampilan Devildice.